Riwayat asupan energi dan protein yang kurang bukan faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan

Rahmaniah Rahmaniah, Emy Huriyati, Winda Irwanti

Abstract


ABSTRACT

Background: Stunting was a chronic nutrition problem that still be a concern in the developing nations include Indonesia. The direct cause of stunting was infectious disease and inadequate food intake such as energy and protein deficiency. In Indonesia in 2010, the prevalence of stunting was 35.7%, in
Yogyakarta as much as 22.5%, in Bantul District in 2012 was 18.08% and in Sedayu Subdistrict was 30.51%.

Objectives: To know the history of energy and protein intake as the risk factors of stunting in children of 6-23 months.

Methods: This was an observational study with case-control design. The population were children aged 6-23 months who lived in Sedayu Subdistrict, Bantul. The measurement energy and protein intake used a semi-quantitative food frequency questionnaire and determination of stunting used the WHO standard anthro 2005. Samples were selected by total sampling approachment. Data was analyzed by chi-square and logistic regression test.

Results: The result of bivariate analysis showed that birth weight and maternal height had significant association with stunting (p<0.05). While energy and protein intake did not associated with stunting. However, there was a tendency that children with less energy and protein intake had higher risk of stunting. Multivariate analysis showed that maternal height was the dominant variable effect on the prevalence of stunting (OR=2.06).

Conclusions: Low energy and protein intakes were not risk factors of stunting in children 6-23 months. Maternal height was dominant variable that influenced the stunting incidence.

KEYWORDS: energy intake, protein intake, stunting, child

ABSTRAK

Latar belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab langsung stunting adalah penyakit infeksi dan asupan makanan yang tidak memadai seperti kurang energi dan protein. Di Indonesia pada tahun 2010 prevalensi stunting sebanyak 35,7%, di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 22,5%, di Kabupaten Bantul tahun 2012 sebesar 18,08% dan Kecamatan Sedayu 30,51%.

Tujuan: Untuk mengetahui riwayat asupan energi dan protein sebagai faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan.

Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan case-control. Populasinya seluruh anak usia 6-23 bulan yang ada di wilayah Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul. Pengukuran asupan energi dan protein dengan menggunakan semi-quantitative food frequency questionnaire dan penentuan stunting dengan menggunakan baku standar WHO anthro 2005. Cara pengambilan sampel adalah dengan total sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. 

Hasil: Berat bayi lahir dan tinggi badan ibu menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian stunting (p<0,05), sedangkan riwayat asupan energi dan protein tidak berhubungan dengan stunting (p>0,05). Secara multivariat, tinggi badan ibu merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap stunting
(OR=2,06).

Kesimpulan: Asupan energi dan protein yang kurang bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Tinggi badan ibu merupakan variabel yang dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting.

KATA KUNCI: asupan energi, asupan protein, stunting, anak


Keywords


energy intake;protein intake;stunting;child;asupan energi;asupan protein;stunting;anak

Full Text:

PDF

References


Bappenas. Laporan pencapaian tujuan pembangunan milenium di Indonesia [Internet]. 2014 [cited 2014 Jan 20]. Available from: www.

bappenas.go.id

London School of Hygiene and Tropical Medicine. Types of malnutrition [Internet]. 2009 [cited 2013 Jun 19]. Available from: http:// conflict.lshtm.ac.uk

UNICEF. Tracking progress on child and maternal nutrition [Internet]. 2009 [cited 2013 Jun 24]. Available from: http://www.childinfo.org

Dewey K, Begum K. Long-term consequences of stunting in early life. Matern Child Nutr. 2011;7(3):5–18.

Black R, Victora C, Walker S, Bhutta Z, Christian P, de Onis M, et al. Maternal and child undernutrition and overweight in low income and middle-income countries. Lancet. 2013;382(9890):427–51.

Why stunting matters. Alive Thrive. A T Tech Br. 2010;2:1–7.

Nurlindah A. Gizi dalam siklus daur kehidupan seri baduta. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2013.

Oldewage T, Dicks E, Napier C. Poverty, household food insecurity and nutrition: coping strategies in an informal settlement in the Vaal Triangle, South Africa. J Public Heal. 2006;120(9):795–804.

Tessema M, Belachew T, Ersino G. Feeding patterns and stunting during early childhood in rural communities of Sidama, South Ethiopia.

Pan Afr Med J. 2013;14:75.

Nti C. Dietary diversity is associated with nutrient intakes and nutritional status of children in Ghana. AJMS. 2011;2:105–9.

Azwar A. Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang [Internet]. series online. 2004 [cited 2013 Jun 28]. Available from: http://gizi.depkes.go.id

Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2010.

Asrar M, Hadi H, Boediman D. Hubungan pola asuh, pola makan, asupan zat gizi dengan status gizi anak balita masyarakat Suku Naulu di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. J Gizi Klin Indones. 2009;6(2):84–94.

Rahmat M. Hubungan konsumsi dan status gizi anak umur 6-18 bulan di panti asuhan sosial anak se-DKI Jakarta dan Tangerang. Info

Pangan dan Gizi. 2000;11(1):15.

Anh V, Chompikul J, Isaranurug S. Relationship between stunting and food provided to children aged from 6 to 24 months in Soc Son District,

Hanoi, Vietnam. J Pub Heal Dev. 2009;7(3):43–58.

Onis Md, Blo M, Borghi E. Prevalence and trends of stunting among pre-school children 1990–2020. Public Heal Nutr. 2011;1–7.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Bantul: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul; 2012.

Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005.

Hanum F, Khomsan A, Heryatno Y. Hubungan asupan gizi dan tinggi badan ibu dengan status gizi anak balita. JGIZIPANGAN. 2014;9(1):1–6.

Fuada N, Muljati S, Hidayat T. Karakteristik anak balita dengan status gizi akut dan kronis di perkotaan dan perdesaan, di Indonesia (RISKESDAS 2010). JEK. 2011;10(3):168–79.

Hariyadi D, Ekayanti I. Analisis pengaruh perilaku sadar gizi terhadap stunting di Provinsi Kalimantan Barat. J Teknol dan Kejuru.

;34(1):71–80.

Lutviani E, Budiono R. Prevalensi dan determinan kejadian gizi kurang pada balita. JKM. 2010;5(2):138–44.

Ernawati F, Rosmalina Y, Permanasari Y. Pengaruh asupan protein ibu hamil dan panjang badan bayi lahir terhadap kejadian stunting pada anak usia 12 bulan di Kabupaten Bogor. PGM. 2013;36(1):1–11.

Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2012.

Kusuma K, Nuryanto. Faktor resiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun (studi di Kecamatan Semarang Timur). JNC. 2012;2(4):523–30.

Sri L. Hubungan tinggi badan orang tua dengan perubahan status stunting dari usia 6-12 bulan ke usia 3-4 tahun. Universitas Gadjah Mada; 2011.

Yulidasari F. Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada; 2013.




DOI: http://dx.doi.org/10.21927/ijnd.2014.2(3).150-158

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics (IJND) indexed by:

  


Lisensi Creative Commons View My Stats